Sabtu, 23 Januari 2010

Maaf, Saya Menangis

Baca: Yohanes 11:32-44

Hati [Yesus] sedih, dan Ia tampak terharu sekali. —Yohanes 11:33 BIS


Sahabat saya membuat perubahan yang besar dalam hidupnya—ia meninggalkan majikannya setelah bekerja selama 50 tahun untuk memulai tantangan baru. Ia menangis ketika berpamitan, dan ia berkali-kali mengatakan, "Saya minta maaf karena saya menangis."

Mengapa kita terkadang merasa perlu untuk meminta maaf saat menangis? Mungkin kita beranggapan air mata seperti menunjukkan kelemahan dalam karakter kita atau kerentanan yang tidak kita sukai. Mungkin kita tidak merasa nyaman atau berpikir air mata kita membuat orang lain tidak nyaman.

Meskipun demikian, emosi kita adalah pemberian Allah. Emosi merupakan suatu ciri bahwa kita telah diciptakan serupa dengan gambar dan rupa Allah (Kej. 1:27). Allah berduka. Dalam Kejadian 6:6-7, Allah bersedih dan marah tentang dosa manusia dan perpisahan yang terjadi antara Dia dan manusia karena dosa itu. Yesus, Allah yang menjelma manusia, bergabung dengan para sahabat-Nya, Maria dan Marta dalam kedukaan atas meninggalnya saudara mereka, Lazarus (Yoh. 11:28-44). "Hati- Nya sedih, dan Ia tampak terharu sekali" (ay.33 BIS). Ia "menangis" (ay.35). "Maka masygullah pula hati Yesus, lalu Ia pergi ke kubur itu" (ay.38). Saya tidak yakin kalau Yesus meminta maaf karena menangis pada saat itu.

Suatu hari kelak ketika kita sampai di surga, tidak akan ada lagi dukacita atau perpisahan ataupun kesakitan, dan Allah akan mengusap setiap air mata dari mata kita (Why. 21:4). Untuk sementara waktu, air mata boleh mengalir. Tidak perlu meminta maaf. —AMC

Dia tahu beban dan salib yang harus kita pikul,
Segala peristiwa yang menyakitkan, pencobaan dan kehilangan,
Dia memedulikan setiap jiwa yang berseru
Allah menghapus semua air mata. —Brandt
Jika Anda meragukan kepedulian Yesus, ingatlah air mata-Nya.

Sumber : Santapan Rohani, Our Daily Bread

Tidak ada komentar:

Chat


Pengikut

Blog Archive