Sabtu, 05 Desember 2009

Makna Berbagi

Baca: Kisah Para Rasul 2:41-47


Sekte Essene Yahudi, yang hidup pada se­kitar abad pertama di Palestina, me­­­miliki peraturan penting bagi setiap ca­lon pertapa. Mereka harus menjual seluruh har­ta kekayaannya dan memberikan hasil pen­jualan itu kepada Guru Agung yang me­­­mimpin biara. Menjual harta kekayaan ter­sebut dilakukan karena mereka akan men­jalani gaya hidup bertapa dan menarik diri dari urusan dunia. Hasil penjualan itu pun digunakan semata-mata untuk meme­nuhi ke­butuhan biara; agar mereka dapat men­­ja­lankan pertapaan.

Jemaat mula-mula pun memiliki gaya hidup serupa, tetapi demi alasan yang ber­beda. Iman kepada Kristus telah me­­nya­­tukan mereka menjadi satu kelu­ar­ga. Ja­di, mereka memberi bukan sebagai se­­se­orang yang memberi sedekah kepada orang miskin, tetapi se­bagai keluarga sendiri. Kesatuan menjadi dasar dalam memberi. Ke­bu­tu­h­an tubuh Kris­tus dirasakan sebagai kebutuhan semua orang. Me­reka memberi kepada setiap orang sesuai keperluan ma­sing-ma­sing (ayat 45). Mem­beri bukanlah kewajiban, melainkan se­suatu yang dila­ku­kan ka­re­na kebersamaan yang dirasakan dalam ko­mu­ni­tas kristiani.

Memberi dalam lingkup komunitas kristiani adalah berbagi. Te­ta­pi jangan salah, bukan berbagi apa yang tidak kita ingin miliki lagi. Namun, orang ke­rap memberikan sesuatu yang tidak lagi ia butuh­kan. Ini pem­berian yang tidak tulus. Bagikan setiap pemberian de­ngan hati tulus. Dan, ber­ba­gi dalam komunitas kristiani tak hanya ber­­arti berbagi ben­da atau ma­teri, tetapi juga berbagi hidup. Takkan su­­lit dilakukan apabila kita se­­­lalu ingat bahwa di dalam Kristus, kita se­mua telah menjadi satu ke­­luarga yang sejati

TIDAK ADA KEBUTUHAN YANG TIDAK TERPENUHI APABILA KITA MAU BERBAGI

Penulis: Denni Boy Saragih (renunganharian.net)

Tidak ada komentar:

Chat


Pengikut

Blog Archive