Baca: Mazmur 23
Sadar atau tidak, setiap orang mempunyai gembala dalam hidupnya. Gembala dalam arti sesuatu yang menggerakkan, memotivasi, mengarahkan, dan memengaruhi pola pikir, prioritas, perilaku, dan keputusan-keputusan dalam hidup seseorang. Gembala itu bisa berwujud uang, jabatan, popularitas, tokoh yang dikagumi, bisa juga akar pahit atau pengalaman traumatis di masa lalu. Sesungguhnya, hal-hal tersebut bukanlah gembala yang baik. Sebaliknya malah akan menjerumuskan dan mencelakakan; baik diri sendiri maupun orang lain. Tidak se-dikit tragedi di dunia ini yang dipicu dan dipacu orang-orang yang hidupnya dikendalikan oleh uang atau jabatan, misalnya.
Gembala yang baik adalah Tuhan sendiri. Ini yang dialami dan dihayati oleh Daud. Daud sungguh-sungguh merasakan Tuhan membimbing, menuntun, dan memeliharanya. Ia memang tidak selalu bergelimang kesuksesan. Ia pun kerap hidup da-lam kesulitan; pernah dibenci setengah mati dan dikejar-kejar oleh Saul (1 Samuel 19), pernah dikudeta oleh Absalom, anaknya, dan terlunta melarikan diri (2 Samuel 15). Namun, Daud merasakan betapa Tuhan tidak pernah jauh darinya. Pun dalam saat-saat tergelap hidupnya, saat-saat kritis. Tuhan mencukupkan segala kebutuhannya. Tuhan membimbingnya ke jalan yang benar. Tuhan menyegarkan jiwanya. Ia sungguh merasakan jejak-jejak kasih dan pemeliharaan Tuhan dalam setiap jengkal hidupnya.
Bagaimana dengan kita? Pertanyaan penting yang perlu kita renungkan adalah; apakah Tuhan sudah menjadi gembala dalam hidup kita, sebagai prioritas dan dasar dari segala tindakan kita?
JIKA TUHAN YANG MENJADI GEMBALA HIDUP KITA JALAN CURAM DAN BERLIKU PUN TAK PERLU KITA TAKUTKAN
Penulis: Ayub Yahya
1 komentar:
sedikit dosa memperlambat langkah domba, sedikit kebaikan mendekatkan jarak domba dengan gembalanya - domba tersesat karena mengikuti keinginan hatinya, bukan karena mengikuti serigala.
Posting Komentar