Jumat, 18 Desember 2009

TERUS MEMANGKAS

Baca: Lukas 12:35-48


Sekalipun saya tahu besok dunia akan hancur berkeping-keping, saya akan tetap menanam pohon apel kecil saya dan melunasi utang saya, kata Martin Luther. St. Francis dari Assisi ternyata juga memiliki sikap serupa. Ia sedang memangkas tanaman di kebunnya ketika seseorang bertanya, apa yang akan dilakukannya seandainya ia tahu bahwa nanti sore ia akan meninggal. Ia menjawab, Saya akan terus memangkas kebun sampai selesai.

Terus terang saya heran menyimak sikap mereka. Terasa kurang pas bagi tokoh sekaliber mereka. Terasa begitu sederhana jawaban yang diberikan. Namun, justru dari kesederhanaan itulah muncul pelajaran sangat berharga tentang kesetiaan. Bagi Luther dan St. Francis, rutinitas sehari-hari adalah tugas ilahi. Tugas yang sakral. Perhatian mereka tidak ditujukan terutama pada apa yang mereka kerjakan. Hal yang tampak remeh seperti mengurus tanaman pun bernilai, sehingga mereka akan tetap setia melakukannya sampai mati. Mengapa? Mereka mempertimbangkan untuk siapa mereka melakukannya. Mereka memandang diri mereka sebagai hamba Tuhan, maka mereka melakukan segala sesuatu seperti untuk Tuhan, bukan untuk manusia.

Apa dampaknya bila kita juga bersikap demikian? Pekerjaan sehari-harimulai dari mengganti popok bayi, mengajar murid, melayani pelanggan, sampai memimpin negarasemuanya menjadi aktivitas yang signifikan dan patut dilakukan dengan setia. Dan, jika kita melakukannya bagi Tuhan, bukankah kita tidak akan melakukannya dengan asal-asalan?

KESETIAAN TERHADAP TUGAS SEHARI-HARI SEPATUTNYA MENJADI UNGKAPAN KESETIAAN TERHADAP TUHAN

Penulis: Arie Saptaji(renunanharian.net)

1 komentar:

ester mengatakan...

kesetiaan menghasilkan kesempurnaan - karena kita tidak pernah tahu batas dan waktu, namun kasih tidak boleh berhenti bersinar karena itu adalah kebenaran.

Chat


Pengikut

Blog Archive