I Yohanes 1 : 9 Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.
Betapa sedihnya hatiku...aku sungguh merasa betapa pengecutnya aku dan betapa teganya aku bisa melakukan hal itu pada orang yang sangat aku sayangi. Selama ini aku selalu menyertainya, ke mana pun dia pergi, aku akan selalu ada di situ. Bahkan aku sangat bangga memiliki pembimbing seperti dia. Aku merasa beruntung bisa menjadi bagian dari hari-harinya. Aku selalu dengan bersemangat mendengarkan semua pengajarannya dan melakukan semua perintahnya. Bahkan aku selalu mempromosikan kedatangannya di satu tempat kepada siapa saja yang aku temui. Aku menikmati semua hal yang dia kerjakan untuk setiap orang yang dia temui. Bukan cuma itu, aku juga menikmati roti dan ikan yang dia perbanyak di hari itu. Aku juga mengalami mukjizat kesembuhan dalam keluargaku. Rasanya tidak ada satu halpun yang buruk yang pantas untuk dikatakan tentang dia. Dan karena itu jugalah sebabnya mengapa aku dengan segera membela dia ketika ada orang yang mau menangkapnya di taman Getsemani malam itu. Bahkan dengan tidak ragu-ragu aku mengeluarkan pedangku dan menebas telinga seorang dari mereka yang akan menangkapnya itu. Tapi dia menegur aku dan menyembuhkan orang itu.
Pokoknya, dari semua yang aku lakukan bersama dengan dia, rasanya tidak ada satupun yang bisa aku katakan bahwa itu tidak menyenangkan. Aku tahu dia sangat mengasihi aku. Aku juga tahu kalau dia menghargai dan mempercayakan banyak hal padaku. Tapi entah kenapa, malam itu aku begitu ketakutan dengan peristiwa penangkapan itu. Begitu menakutkannya sampai-sampai aku mencoba bersembunyi. Dan aku berharap bahwa tidak akan ada orang yang mengenaliku sebagai pengikutnya. Tapi justru apa yang kutakutkan, itulah yang terjadi.
Malam itu, tiba-tiba ada seorang yang mengenaliku sebagai pengikutnya. Hatiku begitu ketakukan sampai-sampai dengan spontan aku mengatakan bahwa aku tidak mengenalnya. Kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutku tanpa dapat kukendalikan. Dan begitu aku sadar ada yang mengenaliku, aku segera berlari ke tempat yang lain.
Ternyata di situpun ada yang mengenaliku lagi. Aku benar-benar tambah ketakutan sekarang. Begitu terkenalnyakah aku bagi orang-orang itu? Sekali lagi aku mengatakan kepadanya bahwa aku tidak mengenalnya. Dan aku bersembunyi lagi. Kali ini aku merasa tidak ada tempat lagi untuk menyembunyikan diri. Dan betul saja, tidak jauh dari situ ada lagi yang mengenaliku, dan lagi-lagi aku berusaha meyakinkan mereka bahwa aku tidak mengenal guruku itu.
Tepat ketika aku selesai menyangkalnya ke tiga kali, ayam pun berkokok tanda fajar menyingsing. Tiba-tiba aku tersadar akan sesuatu. Seperti orang yang dibangunkan dari suatu kuasa hipnotis, aku ingat akan apa yang pernah dikatakan guruku, bahwa aku akan menyangkal dia tiga kali. Dan itu benar terjadi. Ya Tuhan....padahal kemarin malam aku dengan yakin katakan bahwa aku tidak mungkin melakukannya. Aku terlalu sayang kepadanya. Tapi sekarang, semuanya menjadi kenyataan. Aku telah menyangkalnya tiga kali, persis seperti yang ia katakan. Tepat setelah aku merenungkan hal itu, aku melihat iring-iringan prajurit yang mengarak dia keluar dari rumah pengadilan lewat di hadapanku. Sambil berjalan, aku merasakan pandangannya terarah kepadaku dengan pandangan yang sedih. Ya Tuhan, engkau tahu yang terjadi. Engkau tahu itu sudah terjadi....
Dengan lemas tak berdaya aku terdiam dan tanpa sadar aku terduduk tanpa tenaga. Tiba-tiba saja hatiku merasa ada kekosongan yang amaaaaaat dalam. Ya Tuhan...mengapa bisa-bisanya aku melakukan hal itu. Aku...yang begitu dekat dengan dia, yang sudah mengalami begitu banyak hari-hari yang indah bersama dia. Aaaahhh...betapa tidak tahu dirinya aku ini. Hatiku menjerit perih. Tapi tidak ada yang bisa kulakukan sekarang selain menyesali yang sudah terjadi. Aku merasa maluuuuu sekali. Rasanya aku tidak akan pernah berani bertemu dengan dia lagi, atau dengan teman-temanku yang lain. Aku takut mereka akan mengatakan bahwa aku si pengecut yang tidak berharga untuk menjadi bagian dari mereka lagi.
Tapi aku ingin sekali bisa memperbaiki hubunganku dengan Tuhan. Sekalipun mungkin Tuhan tidak akan pernah memperlakukanku seperti dulu lagi, tapi tak apa. Cukup asal aku tahu kalau dia mengampuniku, itu sudah lebih dari cukup bagiku saat ini. Ya, itulah yang aku perlu. Begitu ada kesempatan, aku akan minta ampun kepadanya dan aku akan terima perlakuan apapun yang mungkin akan ia lakukan kepadaku.
Karena itulah aku tidak pernah jauh dari dia, bahkan aku menyaksikan semua peristiwa sadis yang terjadi kepadanya sepanjang jalan salib itu. Aku ingin sekali mendekat dan menolongnya menggotong salib itu, dan setiap kali ia terjatuh, aku ingin sekali bisa berlari dan mengangkatnya berdiri lagi. Tapi apa yang kuangankan hanya tinggal angan-angan. Aku tidak pernah bisa mendekat padanya lagi. Sampai akhirnya ia mati di kayu salib. Ya Tuhan...jangan pergi dulu!!!! PLEASE..............dengarkan aku Tuhan...aku minta ampun. Aku sungguh menyesal. Tanpa kusadari, air mataku mengalir dengan deras tanpa dapat kutahan. Ya Tuhan...jangan pergi sebelum kautahu betapa aku mengasihimu....hatiku menjerit...!!!!
Sepanjang sisa hari itu dan hari-hari berikutnya adalah suatu siksaan yang berat untuk kulewati. Bahkan aku tidak tahu bagaimana harus melewatinya. Aku mendadak menjadi pendiam. Aku yang dulunya sangat bersemangat sebagai seorang yang sanguin, tiba-tiba saja aku tidak tahu lagi bagaimana rasanya tertawa. Siksaan yang hebat berlangsung dalam hidupku.
Sampai kemudian tiba hari itu, ada kabar yang mengejutkan kudengar dari Maria Magdalena. “Kubur itu kosong..!!! Yesus bangkit!!!” Hatiku melonjak tak karuan...benarkah? Aku harus melihatnya.....kalau memang benar dia bangkit, artinya aku masih punya kesempatan untuk bertemu dengan dia dan mengatakan semua yang ada dalam hatiku. Aku melesat mendahului semuanya menuju kubur itu, dan benar seperti yang Maria Magdalena katakan, kubur itu memang kosong. Tidak ada tanda-tanda pembongkaran, tidak ada apa-apa, dan memang kosong. Aku keluar dan mencari-cari di sekitar kuburan itu, kalau-kalau ia ada di situ dan mengejutkan kita semua. Tapi aku tidak melihatnya. Tapi pengharapan itu muncul dalam hatiku. Kini aku punya kesempatan untuk menyatakan semua penyesalanku.
Sampai akhirnya tiba saat itu, ketika aku dan semua saudaraku seperti biasanya pergi menjala ikan. Dan entah kenapa, hari itu sulit sekali mendapatkan ikan. Tapi kemudian ada seseorang yang memberikan instruksi untuk kami menebarkan jala kami ke sebelah kanan, dan kami pun menangkap 153 ekor ikan yang cukup besar. Banyak sekali....hahahahaha...kami semua bersorak senang. Tapi lebih dari penangkapan yang luar biasa itu, Yohanes berseru “Itu TUHAN......!!!!” Ya, ia yang pertama kali mengenali Dia. Dan memang itu Tuhan Yesus. Ya, semuanya menjadi jelas...dulu Ia pernah mengajarkan hal yang sama pada kami tentang menangkap ikan seperti ini, dan kini sekali lagi Ia melakukannya. Dan tanpa buang-buang waktu...aku ambil pakaianku dan mengenakannya, karena saat itu aku tidak mengenakan pakaianku. Entah kenapa, kali ini aku merasa malu untuk datang padaNya tanpa pakaian itu. Padahal dulu tidak begini. Lalu aku mencebur ke danau dan berenang untuk berjumpa dengan Dia. O, tahukah Dia, betapa rindunya hatiku untuk bisa dekat denganNya lagi...????
Pagi itu penuh dengan sukacita. Kami makan bersama, seperti dulu lagi. Hanya saja tentu masih ada yang berbeda. Aku masih belum berani mendekat sebelum Dia memanggilku. Aku masih terlalu malu untuk melakukannya sendiri. Padahal hatiku sangat ingin mendekat kepadaNya. Betapa rindunya aku.
Aku terus menunggu sampai aku mendengar namaku disebutNya, "Simon, anak Yohanes.” WAH!!!! Aku dipanggilNya......, “apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawabku kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."
Kata Yesus pula kepadaku untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawabku kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."
Kata Yesus kepadaku untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hatiku karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan aku berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadaku: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.
Ya Tuhan..aku mau Tuhan...apapun yang Kaukatakan, aku pasti lakukan. Sudah cukup penyesalanku, aku tidak mau berlama-lama di sana. Aku ingin dekat denganMu. Dan aku tahu apa yang harus kulakukan. Kalau aku mengasihi Engkau maka aku akan mentaati perintahMu. Apapun Tuhan asal jangan Kaujauhkan aku dariMu.
................................................
Saudaraku, kisah ini adalah kisah nyata dari seorang Petrus, yang hidup 2000 tahun yang lalu. Seorang rasul besar yang pada sisa hidupnya menjadi seorang pelayan Tuhan yang dahsyat. Ada kuasa yang menyertai dia sehingga sekali berkotbah 3000 orang bertobat. Dari mana dia bisa dapatkan semua itu? Tentu karena kasih karunia Tuhan.
Tapi ada satu pelajaran penting yang bisa kita ambil dari Petrus. Ketika dia menjadi lemah dan terjatuh dalam kesalahan,ia tidak mau berlama-lama ada di sana. Ia datang mencari Tuhan dengan segenap hatinya dan segenap kekuatannya, lalu ia melakukan pertobatan. Tuhan sangat menghargai orang yang mau bertobat dan kembali kepadaNya. Dan sesuai janjiNya bahwa jika satu orang mau datang kepadaNya dan bertobat, maka Ia adalah setia dan adil, Ia akan kembali menyucikan orang tersebut. Itulah yang Ia lakukan terhadap Petrus.
Hal yang sama mungkin pernah terjadi dalam hidup kita. Dulu kita begitu mengasihi Allah dan melayani Dia, tapi karena sesuatu yang terjadi dalam hidup kita akhirnya membuat kita tidak lagi bersama Dia. Tapi kalau saat ini anda tahu bahwa anda salah, jangan ragu untuk datang kepadaNya. Ambil keputusan untuk datang kembali kepadaNya, dan percayalah bahwa Ia akan menerima anda kembali dengan penuh sukacita. Bahkan Ia siap untuk memberkati anda kembali. Bergegaslah...jangan ragu-ragu melakukannya sekarang. Amin.
javascript:void(0)
By : Ps. Sariwati Goenawan – IFGF GISI Bandung (rotihidup.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar