Selasa, 02 November 2010

Hati Yang Baru

Amerika baru saja memperingati hari Martin Luther King, Jr. pada 19 Januari yang lalu. King dikenal sebagai seorang pendeta, aktivis dan pemimpin terkemuka dari pergerakan hak-hak sipil bangsa Amerika-Afrika, diakui sebagai salah seorang orator terbesar dalam sejarah Amerika, ironisnya ia mati terbunuh dalam usia muda 39 tahun. “I HAVE A DREAM” adalah sebuah pidato rhetoric terkenal yang disampaikan oleh King di hadapan 250 ribu pendukungnya yang memenuhi halaman Lincoln Memorial, Washington DC, pada 28 Agustus 1963. Pidato ini dianggap sebagai salah satu pidato terbesar dan paling terkemuka dalam sejarah, dan tergolong sebagai pidato nomor wahid abad ke-20 di seantero Amerika.

Seorang komentator berita mengatakan bahwa melalui pidatonya itu, King telah ‘mendidik’, ‘menginspirasi,’ dan ‘menginformasi’ bukan hanya mereka saja yang langsung mendengar ia berpidato, tetapi juga khalayak di seluruh Amerika dan generasi-generasi yang bahkan belum dilahirkan sekalipun waktu itu. Salah satu kalimat dari pidato tersebut yang sangat mengilhami penulis terbaca sebagai berikut, “Saya mempunyai sebuah mimpi (dan harapan) bahwa keempat anak saya pada suatu hari nanti akan hidup di tengah-tengah sebuah bangsa dimana MEREKA DINILAI BUKAN OLEH WARNA KULIT MEREKA, TETAPI OLEH ISI TABIAT DAN BOBOT BUDI PEKERTI MEREKA.”

Empat puluh enam tahun kemudian - tepatnya pada 20 Januari 2009 - sehari setelah Amerika merayakan hari Martin Luther King, mimpi itu bukan lagi hanya mimpi belaka, tetapi mimpi itu telah menjadi sebuah kenyataan bahwa benarlah jua keempat anaknya telah hidup di tengah-tengah sebuah bangsa yang menilai manusia bukan oleh warna kulit tetapi oleh isi tabiat dan bobot budi pekertinya, yaitu ketika orang berkulit hitam pertama bernama Barack Hussein Obama dilantik menjadi Presiden Amerika Serikat yang ke-44. Bobot tabiat, kadar watak, kwalitas akhlak dan budi pekerti yang dimiliki oleh Obama – adalah salah satu dari beberapa unsur penting yang telah mengantarkan dia mencapai puncak gunung tertinggi kesuksesan – yang bagi banyak orang dianggap sebagai suatu hal yang tidak mungkin bisa terjadi mengingat warna kulit yang dimilikinya.

Benar sekali apa yang ditulis oleh Nabi Samuel dalam 1 SAMUEL 16:7, “. . . Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati.” Penulis terkesima ketika membaca ayat ini dan bertanya dalam hati, “Bagaimanakah tanggapan Tuhan ketika IA melihat isi hatiku? Berbobotkah tabiat dan budi pekertiku ketika IA menilainya? Berkwalitaskah integritas dan martabat yang kumiliki ketika IA mengevaluasinya? Dapatkah aku memantulkan “SINARNYA” kepada dunia dalam keadaanku seperti ketika IA mendapati aku seperti ini?” Jika jawabannya “YA, tentu sekali engkau dapat memiliki tabiat yang baik, budi pekerti yang luhur, martabat yang berkwalitas, dan bisa memantulkan sinarNya, pertanyaannya adalah, “Bagaimanakah caraku untuk mencapai semua itu?” Jawaban dari pertanyaan di atas penulis dapatkan dari pengalaman yang disaksikan sendiri oleh suami penulis. Dia mempunyai sepasang sepatu berwarna burgundy – sepatu yang paling disukainya, tetapi berbulan-bulan lamanya sepatu itu tidak dipakainya lagi karena walaupun bentuknya masih bagus, namun warnanya sudah kusam dan tidak mengkilap lagi. Sulit sekali menemukan semir sepatu warna burgundy walau telah berkeliling dari satu toko sepatu ke toko yang lainnya. Begitu lama ia tidak berhasil mendapatkan semir sepatu yang diperlukannya.

Pada musim libur Natal 2008, kami berdua pergi ke sebuah mall, setelah masuk keluar beberapa toko sepatu, akhirnya di salah satu toko sepatu itu suami penulis mendapatkan apa yang selama ini dicarinya yaitu semir sepatu berwarna burgundy. Ketika akan membayar semir yang harganya lebih mahal dari semir warna-warna lainnya, pelayan toko mengatakan bahwa sebelum sepatu dioles dengan semir, sepatu itu harus dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran yang melekat dengan cairan pembersih khusus sehingga hasilnya akan bagus seperti yang diinginkan. Ini adalah informasi yang sebenarnya tidak baru lagi, tetapi selama ini tidak diperhatikan. Begitu sampai di rumah, segera diambilnya sepatu itu, kotoran-kotoran yang ada di sepatu dibersihkan dengan kain lap dan cairan khusus pembersih itu, kemudian dioleskanlah cairan semir di atasnya, baru di lap lagi. Hasilnya? Luar biasa. Cemerlang. Sepatu itu menjadi begitu mengkilap dan tampak seperti baru kembali.

Ada sebuah pelajaran moral yang dapat ditimba dari pengalaman ini yaitu, jika kita ingin memiliki hati yang baru sehingga Yesus dapat bersinar melalui kehidupan kita, hal pertama yang harus kita buat adalah membersihkan semua ‘kotoran’ hati, tabiat, watak, dan pola tingkah laku kehidupan kita. Setelah itu baru kita minta Yesus mengisi hati kita dengan ‘semir kebajikan, kebaikan, keluhuran budi pekerti Yesus Kristus.’

Sebagai hasil akhir, kita akan memiliki tabiat yang luhur, martabat yang berkwalitas, budi pekerti yang agung, dan cemerlang ‘bersinar’ memancarkan sinar Yesus Kristus kepada orang lain. Mungkinkah hal itu dicapai? Tentu saja mungkin karena Ia berjanji dalam YEHEZKIEL 36:26 “Kamu akan Kuberikan HATI YANG BARU, dan ROH YANG BARU di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu HATI YANG TAAT.”

“MANUSIA DINILAI BUKAN OLEH WARNA KULIT MEREKA, TETAPI OLEH ISI TABIAT DAN BOBOT BUDI PEKERTI MEREKA.”

Selamat membaca Tuhan Memberkati


Support : Dapat uang Di Internet

Tidak ada komentar:

Chat


Pengikut

Blog Archive