Baca: 1 Tesalonika 4:15-18
Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. —1 Korintus 15:57
Iman Kristen seharusnya membuat kita berbeda dalam menjalani hidup keseharian. Namun, ujian terakhir iman kita terhadap Injil adalah bagaimana kita bereaksi terhadap peristiwa kematian. Saat kita menghadiri kebaktian penghiburan atas meninggalnya seorang teman yang mengasihi Tuhan Yesus, kita berkumpul untuk memberi penghormatan pada seorang percaya yang kesetiaan imannya telah menjadi berkat bagi kehidupan orang-orang yang mengenalnya. Kata-kata yang diucapkan lebih merupakan ungkapan pujian bagi Allah daripada pujian kepada seorang musafir kehidupan yang kita kagumi. Kebaktian itu menjadi suatu kesaksian yang memuliakan Allah atas kemenangan Juruselamat kita terhadap maut dan kubur (1 Kor. 15:54-57).
Betapa berbedanya dengan upacara pemakaman Charles Bradlaugh, seorang ateis Inggris yang agresif. Penulis Arthur Porritt menuliskannya: "Tak ada doa yang diucapkan di makam, bahkan tak ada sepatah kata pun diucapkan. Jenazah, yang diletakkan di dalam peti mati, diturunkan ke dalam liang kubur dengan terburu-buru seakan-akan didorong untuk segera hilang dari penglihatan. . . . saya pulang dengan hati dingin. Hal itu menyadarkan saya bahwa seorang manusia yang kehilangan iman percayanya kepada Tuhan hingga kematian menjemput akan memberikan kemenangan mutlak pada maut."
Namun, orang Kristen mempercayai adanya pertemuan langsung dengan Tuhan kita setelah kematian dan kebangkitan tubuh (1 Kor. 15:42-55; 1 Tes. 4:15-18). Apakah iman Anda bersukacita akan kemenangan atas maut? —VCG
Dari segala penjuru bumi dan segala pantai laut yang luas,
Melewati gerbang mutiara orang yang tak terhitung banyaknya,
Menaikkan pujian bagi Allah Bapa, Allah Anak, dan Roh Kudus—
Haleluya! Haleluya! —How
Karena Kristus hidup, kita pun hidup.
Sumber : Santapan Rohani. Our Daily Bread
Tidak ada komentar:
Posting Komentar