"Dan berkata kepada Musa: “Rakyat memberi lebih banyak dari yang diperlukan untuk mengerjakan pekerjaan yang diperintahkan Tuhan untuk dilakukan"
(Keluaran 36:5)
(Keluaran 36:5)
Pengurus bidang misi di sebuah gereja berencana mengajak jemaat memberi persembahan rutin untuk mendukung kegiatan misi di gereja. Untuk itu mereka membuat rancangan anggaran, lalu mempersentasikannya kepada jemaat. Setelah itu mereka mengajak jemaat memberi janji persembahan sukarela. Berapa jumlahnya, bukan masalah, yang penting rela. Namun, seorang jemaat menyeletuk, “Rela ya rela, tetapi kalau yang terkumpul lebih dari yang dibutuhkan, bagaimana? Rugi dong?”
Cerita tentang persembahan terlalu banyak juga kita baca dalam ayat Alkitab yang menjadi nats renungan kita hari ini. Saat itu bangsa Israel mengumpulkan persembahan untuk membuat Kemah Suci dan segala isinya. Ternyata yang terkumpul lebih dari yang dibutuhkan, sampai-sampai Musa meminta mereka untuk berhenti. Dan tak seperti jemaat di atas, situasi ini justru diceritakan dengan nada sukacita.
Mengapa? Karena bangsa Israel pada saat itu memberikan persembahan dengan hati yang rindu terlibat dalam “mengerjakan pekerjaan yang diperintahkan Tuhan untuk dilakukan” (ayat 5), yakni membangun Kemah Suci. Maka, mereka masing-masing memberikan apa yang mereka bisa berikan tanpa berpikir berapa yang telah terkumpul, atau membanding-bandingkan dengan persembahan orang lain. Jadi, ketika ternyata yang terkumpul terlalu banyak, mereka tidak menyesal atau merasa rugi. Melainkan bersukacita karena itu artinya pekerjaan Tuhan bisa segera dirampungkan.
Apabila ada kesempatan lagi untuk memberi bagi pekerjaan Tuhan, izinkan hati kita bersukacita memberi. Sebab dari setiap pemberian sukarela kita, pasti ada pekerjaan Tuhan yang diselesaikan. (Renungan Harian/Penerbit Yayasan Gloria)
Sponsor: Handicraft Bali
Tidak ada komentar:
Posting Komentar