Rabu, 15 Desember 2010

MUJIZAT DI HARI NATAL




Pada tahun 1989, Pdt George McLeans bersama istrinya Sonya dan kedua anaknya, David dan Mark yang juga mengajak kedua temannya, memutuskan untuk main ski di Laurel Mountains, Pennsylvania. "Kami semua sangat menikmati suasana saat itu. Bersama turunnya salju, kami pun menyanyikan lagu-lagu Natal dengan gembira. Kami serasa berada di suatu negeri ajaib yang penuh dengan salju," kenang Goerge.
Saat itu George merencanakan akan main ski hanya selama beberapa jam dan kembali ke rumah. Namun karena saat itu sedang liburan menjelang Natal, maka arena ski sepanjang 70 mil itu benar-benar kosong. Keluarga McLeans benar-benar sendirian di arena yang sangat luas itu.

Saking (terlalu) asyiknya main ski, keluarga itu tidak menyadari bahwa mereka telah berjalan terlalu jauh dan juga terlalu lama. "Setelah main ski cukup lama, saya baru menyadari bahwa kami telah berjalan terlalu jauh. Sepertinya kami tidak mempunyai cukup waktu untuk kembali," ungkap George dengan nada khawatir.

Mereka tidak dapat kembali ke base camp karena semua jalan tertutup salju. Menurut George, sebenarnya ada dua keuntungan yang bisa diperoleh jika mereka melanjutkan perjalanan. Pertama, mereka bisa mencapai jalan utama; dan kedua, mereka bisa kembali ke kantor yang menyewakan alat-alat ski tadi.

Namun hal itu tidak bisa dilakukan karena mereka tidak punya persiapan untuk dapat bertahan dalam cuaca seperti itu hingga berjam-jam. "Aku hanya ingat bahwa udara lembab yang dingin itu sangat terasa karena pakaian yang melekat di tubuh kami sudah tidak dapat lagi melindungi kami dari dinginnya udara saat itu," ujar David sambil menerawang mengenang kejadian itu.

Semua orang berada dalam keadaan kedinginan yang sangat hebat. Bahkan Sonya, istri George merasakan bahwa tangan dan kakinya menjadi sangat kaku dan mati rasa. Sonya sempat berpikir jika mereka tidak segera diselamatkan maka mereka akan mengalami radang dingin dan bisa kehilangan tangan.

George memperkirakan, saat itu mereka berada pada ketinggian sekitar 3000 kaki selama kurang lebih 13 jam. Selama kurang lebih delapan jam, mereka berada dalam situasi yang dingin dan gelap gulita.

Masalah yang dihadapi oleh keluarga itu bukan hanya cuaca dingin, tetapi juga masalah tempat. Mereka tersesat di daerah yang cukup berbahaya. Beberapa pemburu binatang yang tersesat di tempat itu kebanyakan mati karena tidak bisa menemukan jalan ke luar.

Sonya pun menyadari bahwa keluarga mereka berada dalam keadaan kolaps atau hampir mati karena mereka berada di tempat yang tak terlindung sama sekali. "Ketika malam datang dan salju kembali turun, aku mulai bicara dengan suamiku. Saat itu aku sangat percaya bahwa tanpa campur tangan Tuhan, beberapa dari kami pasti mati bahkan bisa saja kami semua mati. Aku bertanya pada George apakah kita dapat terus bertahan jika petugas tidak menemukan kita segera? Dia pun menjawab bahwa mungkin kami tidak dapat terus berada di tempat itu sepanjang malam," kata Sonya dengan nada sedih.

Setelah itu George berusaha memakai berbagai cara untuk mendapatkan bantuan. Mereka mencoba membuat sinyal dari api karena David mempunyai beberapa korek api. Namun usaha mereka tidak segera berhasil. Mereka tidak menemukan sesuatu atau benda kering yang bisa digunakan untuk membuat api.

Angin bertiup sangat kencang dan salju turun tiada hentinya, korek api persediaan sudah hampir habis. Namun usaha mereka tidak membuahkan hasil yang cukup berarti. Akhirnya, setelah selama dua jam api itu tak kunjung menyala, mereka pun mulai menyerah. Saat itu hanya tinggal tiga atau empat korek api yang tersisa.

Saat semuanya dalam keadaan putus asa, Sonya masih punya sedikit pengharapan bahwa mereka pasti dapat menyalakan api. Tanpa terduga, mereka menemukan beberapa daun kering. Kemudian mereka mengosongkan dompet guna mencari apa pun yang dapat dipakai untuk membuat api. Mereka menggunakan kertas, kartu bisnis bahkan uang.

Salah satu teman anak mereka, Kevin, melakukan hal yang sangat mengesankan. Kevin baru saja ditinggal mati oleh istri tercintanya dan ia masih menyimpan fotonya di dompet. Dengan penuh airmata ia merelakan foto tersebut dipakai untuk membuat api. Ia sangat percaya bahwa almarhum istrinya pasti menginginkan Kevin dapat bertahan menghadapi situasi tersebut.

Mereka pun berdoa tiada henti, memohon pertolongan Tuhan dalam keadaan yang sangat tidak menentu itu. Akhirnya, dengan menggunakan tiga korek api yang tersisa itu. Api yang sangat mereka dambakan itu mulai menyala meski sangat kecil. Api itu memberi pengharapan bahwa mereka pasti dapat selamat dan keluar dari situasi yang sangat sulit itu. Api yang sangat kecil itu dapat terus menyala dan tidak padam meski terkena angin. Mereka pun menyebutnya sebagai api mukjizat.

Menyalanya api, ternyata tidak membuat masalah mereka berakhir. Sonya jatuh dan terluka cukup parah sedangkan yang lain mendapat serangan radang dingin. "Di saat kami semua merasa kedinginan yang sangat hebat pada malam yang sudah sangat larut itu, kami mendengar suara mesin dari kejauhan. Kemudian lambat laun suara itu semakin mendekat. Kami langsung mencarinya ke dalam hutan, di tengah-tengah kegelapan tiba-tiba ada sinar yang sangat terang. Ternyata terang itu berasal dari mobil polisi penjaga hutan yang datang untuk menyelamatkan kami. Mereka tidak percaya melihat kami bisa tersesat sejauh ini," ujar Goerge dengan rasa haru. Pendeta itu merasa bahwa semua yang telah terjadi merupakan suatu mukjizat di hari Natal. Tuhan sendirilah yang bekerja sehingga mereka dapat keluar dari kesulitan yang sempat membuat mereka patah arang itu.

Goerge menganggap bertahannya mereka dalam kondisi seperti itu merupakan suatu mukjizat besar. George juga heran bagaimana mungkin korek api yang dimilikinya itu tetap kering meski ada di dalam saku mantel yang basah kuyup terkena salju. Polisi penjaga hutan pun menyatakan keheranannya bagaimana mungkin keluarga George bisa menyalakan api dalam kondisi seperti itu. Selain itu, mereka juga tidak mendapatkan luka yang cukup serius.

Beberapa dari mereka memang harus dirawat karena menderita radang dingin yang ringan. Sedangkan Sonya harus tinggal di RS selama enam hari karena luka-lukanya. Itu termasuk luka yang ringan karena menurut perkiraan manusia, mereka bisa terluka lebih parah lagi atau bahkan mungkin juga tidak
terselamatkan.

"Jika kamu mencari Tuhan, memanggil nama-Nya dan membuka hatimu bagi-Nya, seperti sinar yang datang dalam kegelapan, sinar itu akan datang dan Dia akan menyinari hatimu dan sinar-Nya ada didalam hidupmu dan Dia sendiri yang akan menunjukkan jalan bagimu," ujar George penuh hikmat. (GloriaNe/tGCM/Bhn)

* * * * *

Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya. (Ibrani 4:16)

Sumber: Mail Sabda

Tidak ada komentar:

Chat


Pengikut

Blog Archive