Senin, 20 Desember 2010

Hati yang Terpaut

Apabila kita membaca kisah orang muda dalam Matius 19:16-22, kita harus angkat topi untuknya. Mengapa? Karena saat usianya masih muda, ia sudah menjadi orang yang kaya. Tidak hanya itu, ia pun gemar membaca perintah Allah dan menurutinya dalam kehidupan sehari-hari. Andaikata orang muda ini hidup pada zaman sekarang, tentu ia akan menjadi seorang pria ideal dan menjadi idaman banyak orang. Namun sayang, segala hal yang telah ia capai dalam hidupnya tidak membuat Ye-sus terkesan. Sebab Yesus hendak menguji hingga kedalaman hati, yakni apakah hatinya berpaut kepada Allah. Orang muda ini memang berperilaku baik dan selalu menuruti perintah Allah, tetapi ia tidak memiliki hubungan yang akrab dengan Allah, Sang Empunya perintah. Apa buktinya? Ketika Yesus memintanya menjual seluruh harta miliknya, memberikannya kepada orang-orang miskin supaya memperoleh harta di surga, dan kemudian mengikut Tuhan, ia malah merasa sedih. Alkitab mencatat bahwa hal itu terjadi karena hartanya begitu banyak. Saking banyaknya sehingga hati orang muda ini terpaut kepadanya. Berdasarkan kisah ini kita belajar bahwa Allah ingin kita tidak sekadar hidup baik dan melakukan semua perintah Allah. Saya dapat meminta anak orang lain untuk turun dari pagar rumah dan anak tersebut benar-benar menurut. Namun, ketaatan si anak tidak menjadi bukti bahwa ia anak kandung saya, karena hatinya dan hati saya tidak terpaut. Yang Tuhan rindukan adalah kita hidup dalam kehausan dan kerinduan untuk selalu berpaut dengan hati-Nya. Itulah yang membedakan antara anak Allah dan bukan anak Allah

TAAT BELUM TENTU BERARTI ADA HATI YANG TERPAUTTETAPI HATI YANG TERPAUT BISA MEMBUAT KITA TAAT

1 komentar:

Utomo mengatakan...

Hati manusialah yg di lihat allah,krn di kedalaman hati yg tersembunyi terletak maksud2 kita,apakah kita mencintai allah yg kekal ataukah mamon/uang yg fana yg tdk membawa kita ke dlm kekekalan

Chat


Pengikut

Blog Archive