Rabu, 25 Agustus 2010

Memperluas Lingkaran Kasih

Baca: Kisah Para Rasul 11:1-18


Apa yang Anda lakukan saat berada dalam lift yang penuh sesak? Anda akan menunduk, menatap pintu, atau meng­­utak-ngatik telepon genggam. Anda menghindari kontak mata, karena merasa tidak nyaman berdekatan dengan orang asing. Ini bukti bahwa tiap orang memiliki boundary: tembok pembatas tak terlihat di sekeliling tubuhnya. Jika seorang asing men­coba mendekat, secara refleks tubuh akan resah dan bergerak menjauh sampai ke “jarak aman”. Tidak heran kita hanya me­rasa nyaman berada dalam lingkungan keluarga dan teman. Lingkaran kasih kita sempit.

Jemaat mula-mula juga hidup dalam lingkaran kasih yang sempit. Sebagai orang Yahudi, mereka enggan bergaul de­ngan orang non-Yahudi. Mereka keberatan Petrus pergi ke rumah orang non-Yahudi dan melakukan pembaptisan. Hal itu dianggap najis. Petrus lalu menjelaskan bahwa pembedaan antara yang najis dan halal kini telah dihapuskan Tuhan (ayat 5-9). Kepada Petrus, Tuhan juga menunjukkan bahwa orang non-Yahudi pun mendapat lawatan Roh yang sama seperti yang mereka alami (ayat 15-17). Cara pandang Petrus berubah. Pengalaman ini memperluas ling­karan kasihnya.

Lingkaran kasih kita perlu diperluas dengan meruntuhkan tem­bok pembatas yang membuat kita malas menjangkau orang asing. Ini tidak bisa terjadi dengan sendirinya. Kita perlu berjuang menga­tasi rasa tidak nyaman. Lalu, membangun jembatan persahabatan dengan orang di sekitar yang berbeda suku, agama, budaya, mau­pun status sosialnya. Jika kita tidak mau keluar dari zona nyaman, bagaimana orang bisa mendengar berita keselamatan?

KITA BISA MENJADI BERKAT

HANYA SELUAS LINGKARAN KASIH YANG KITA BUAT

@Renungan Harian

Tidak ada komentar:

Chat


Pengikut

Blog Archive