Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. —Galatia 2:20
Stiker di bumper bertuliskan “Yesus adalah ko-pilotku” mungkin bermaksud baik, tetapi tulisan itu selalu mengusik saya. Kapan pun saya duduk di kursi pengemudi untuk mengemudikan hidup saya, tujuan saya ke mana pun tidak ada yang baik. Yesus tidak seharusnya ditempatkan sebagai “ko-pilot” rohani yang kadang-kadang memberikan petunjuk arah. Yesus seharusnya selalu ditempatkan di kursi pengemudi. Titik!
Kita sering berkata bahwa Yesus mati untuk kita, dan memang benar demikian. Namun, ada makna lain yang lebih mendalam. Karena Yesus mati di atas kayu salib, sesuatu di dalam kita telah mati, yaitu kuasa dosa. Inilah yang dimaksud Paulus ketika ia berkata, “Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku” (Gal. 2:20). Kita sebenarnya turut-disalibkan bersama-Nya. Ketika Yesus duduk di kursi pengemudi, tujuan-tujuan yang lama telah dibatasi. Tidak ada lagi agenda untuk kembali menyusuri jalan-jalan yang mengutamakan diri sendiri, serakah, atau hawa nafsu. Tidak ada lagi petualanganpetualangan yang melenceng dari jalan dan terdampar di dalam kubangan keangkuhan atau parit kepahitan. Kita telah disalibkan bersama-Nya dan Dia yang mengemudi! Yesus telah mati sehingga hanya Dia yang dapat mengemudikan dan mengarahkan diri kita.
Jadi, jika kita telah mati dan Kristus hidup di dalam kita, Yesus bukanlah ko-pilot. Sukacita kita adalah ketika memperkenankan Yesus yang mengemudi dan mengarahkan hidup kita. Mungkin ada sejumlah kendala di jalan, tetapi kita dapat mempercayai-Nya—Dia akan membawa kita ke tempat yang tepat. —JMS
Tuhan, aku bersyukur kepada-Mu untuk keselamatan,
Untuk belas kasih-Mu, yang sempurna dan cuma-cuma;
Inilah semua pengabdianku,
Memuliakan diri-Mu di dalamku. —Codner
Sumber: Santapan Rohani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar