Selasa, 19 Januari 2010

Pengharapan



Matius 7:7-11

Jadi jika kamu . . . tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya. —Matius 7:11

Dengan segenggam Cheerios, saya berjalan berjingkat melewati teras di halaman belakang rumah, mencoba supaya tidak terlihat oleh ikan di kolam. Mungkin karena bayangan saya menimpa permukaan kolam . . . atau mungkin karena saya kurang tersembunyi seperti yang saya kira, maka ketika saya mendekati pagar kolam, 15 ekor ikan mas berukuran besar berkejaran menuju ke arah saya, mulut-mulut mereka yang besar membuka dengan tidak sabar dan berharap untuk mendapatkan sesuatu.

Lantas, mengapa ikan-ikan itu mengepak-kepakkan sirip dengan begitu cepat? Karena kehadiran saya menciptakan suatu respons yang telah dibiasakan oleh otak ikan-ikan ini yang mengatakan bahwa saya mempunyai sesuatu yang istimewa untuk mereka.

Jika saja kita selalu memiliki respons seperti itu terhadap Allah dan kehendak-Nya yang ingin memberi kita berkat yang baik—respons yang didasarkan pada pengalaman masa lalu kita bersama-Nya, yang mengalir dari pemahaman kita yang mendalam akan karakter-Nya.

Misionaris William Carey berkata: "Harapkan perkara yang besar dari Allah dan lakukan perkara yang besar bagi Allah." Allah rindu memperlengkapi kita secara sempurna untuk melakukan apa yang diinginkan-Nya agar kita perbuat. Dia mengundang kita agar "dengan penuh keberanian menghampiri-Nya" untuk menemukan belas kasihan dan kasih karunia di waktu kita memerlukannya (Ibr. 4:16).

Bila kita sebagai anak-anak Allah hidup beriman, kita dapat memiliki pengharapan dan keyakinan yang teguh bahwa Allah akan memberikan kepada kita tepat seperti apa yang kita perlukan dan saat kita memerlukannya (Mat. 7:8-11). —CHK

Bila kita berdoa dengan berharap
Seturut kehendak Tuhan,
Kita 'kan melihat karya-Nya di hidup kita
'Tuk memenuhi maksud-Nya. —Sper

Berdoa tanpa pengharapan adalah ketidakpercayaan yang terselubung.

Sumber : Santapan Rohani, our Daily Bread.


Tidak ada komentar:

Chat


Pengikut

Blog Archive