Selasa, 22 Desember 2009

MENYIKAPI KONFLIK

Baca: Kolose 3:12-15


Sekuat dan sesehat apa pun tubuh kita, pasti ada saatnya kita jatuh sakit; entah flu atau batuk. Begitu juga relasi kita dengan orang lain; seharmonis dan seakrab apa pun relasi kita dengan orang lain, pasti ada saatnya kita berkonflik. Sebab pada dasarnya kita ini berbeda; latar belakang, cara pikir, kepekaan, karakter. Di samping itu, kestabilan emosi kita ada saatnya turun, sehingga kita menjadi lebih peka dari biasanya.

Jadi sebetulnya konflik itu wajar-wajar saja. Bahkan dalam kadar tertentu, konflik ada baiknya juga; membuat kita bisa lebih saling menerima dan memahami. Yang penting sebetulnya bukan konfliknya, tetapi bagaimana kita menyikapinya. Konflik akan menjadi produktif kalau kita sikapi dengan positif. Sebaliknya konflik akan kontraproduktif kalau kita sikapi dengan negatif. Andar Ismail dalam bukunya, Selamat Ribut Rukun, menyebut tiga cara negatif yang kerap dilakukan orang dalam menyikapi konflik: 1. Perang terbuka (saling memukul, saling memaki), 2. Perang dingin (saling mendiamkan), 3. Cara anak kecil (mengambek). Ketiga sikap tersebut bukan sikap yang baik dalam menangani konflik. Bukan saja tidak menyelesaikan masalah, tetapi malah bisa menimbulkan masalah baru.

Menyikapi konflik secara positif adalah dengan kasih. Kasih merupakan pengikat yang menyempurnakan dan mempersatukan sebuah relasi. Kasih itu mewujud dalam belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan, kesabaran, pengampunan. Dan, yang lebih penting lagi, kasih itu bertolak dari damai sejahtera Kristus dalam hati

YANG PENTING BUKAN KONFLIKNYA TETAPI BAGAIMANA MENANGANINYA

Penulis: Ayub Yahya(renunganharian.net)

Tidak ada komentar:

Chat


Pengikut

Blog Archive