Baca: Matius 25:35-46
Suatu hari, seorang pendeta dimintai bantuan oleh seorang wanita malang yang tidak punya tempat berteduh. Karena sangat sibuk dan tak berdaya untuk membantu, pendeta itu berjanji akan mendoakan wanita tersebut. Beberapa saat kemudian wanita itu menulis puisi seperti ini: Saya kelaparan ... dan Anda membentuk kelompok diskusi untuk membicarakan kelaparan saya Saya terpenjara ... dan Anda menyelinap ke kapel untuk berdoa bagi kebebasan saya Saya telanjang ... dan Anda mempertanyakan dalam hati kelayakan penampilan saya Saya sakit ... dan Anda berlutut menaikkan syukur kepada Allah atas kesehatan Anda Saya tidak punya tempat berteduh ... dan Anda berkhotbah tentang Allah sebagai tempat perteduhan abadi Saya kesepian ... dan Anda meninggalkan saya sendirian untuk berdoa Anda kelihatan begitu suci, begitu dekat kepada Allah tetapi saya tetap amat lapar, kesepian, dan kedinginan ...
Puisi ini barangkali membuat wajah kita merah. Bukan karena marah pada sang pendeta, melainkan karena kita sendiri mungkin tak jauh beda dengan pendeta tersebut. Ya, dalam memberi bantuan, kita kerap lebih banyak menyampaikan teori, nasihat, atau perkataan-perkataan manis. Namun, tak ada satu pun tindakan nyata yang kita lakukan. Jika demikian, ingatlah bahwa kita mesti mengasihi bukan hanya dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan (1 Yohanes 3:8)
-
SERIBU KATA MUTIARA TIDAK AKAN PERNAH ADA ARTINYA JIKA TIDAK ADA SATU SAJA PERBUATAN NYATA
Penulis: Petrus Kwik (www.renunganharian.net)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar