Kamis, 10 Desember 2009

Hanya Perkataan

Baca: Matius 25:35-46


Suatu hari, seorang pendeta dimintai ban­­tuan oleh seorang wanita malang yang tidak punya tempat berteduh. Karena sangat sibuk dan tak berdaya untuk mem­ban­­tu, pendeta itu berjanji akan men­doa­kan wanita tersebut. Beberapa saat ke­mu­di­an wanita itu menulis puisi seperti ini: Saya kelaparan ... dan Anda membentuk kelompok diskusi un­tuk membicarakan kelaparan saya Saya terpenjara ... dan Anda menyelinap ke kapel untuk berdoa bagi kebebasan saya Saya telanjang ... dan Anda mempertanyakan dalam hati kelayakan penampilan saya Saya sakit ... dan Anda berlutut menaikkan syukur kepada Allah atas kesehatan Anda Saya tidak punya tempat berteduh ... dan Anda berkhotbah tentang Allah sebagai tempat perteduhan abadi Saya kesepian ... dan Anda meninggalkan saya sendirian untuk berdoa Anda kelihatan begitu suci, begitu dekat kepada Allah tetapi saya tetap amat lapar, kesepian, dan kedinginan ...

Puisi ini barangkali membuat wajah kita merah. Bukan karena marah pada sang pendeta, melainkan karena kita sendiri mungkin tak jauh beda dengan pendeta tersebut. Ya, dalam memberi ban­tuan, kita kerap lebih banyak menyampaikan teori, nasihat, atau per­ka­ta­an-perkataan manis. Namun, tak ada satu pun tindakan nya­ta yang kita lakukan. Jika demikian, ingatlah bah­wa kita mesti me­nga­sihi bukan hanya dengan perkataan atau de­ngan lidah, tetapi de­ngan per­­buatan (1 Yohanes 3:8)

-

SERIBU KATA MUTIARA TIDAK AKAN PERNAH ADA ARTINYA JIKA TIDAK ADA SATU SAJA PERBUATAN NYATA

Penulis: Petrus Kwik (www.renunganharian.net)

Tidak ada komentar:

Chat


Pengikut

Blog Archive